Relationship
Main Article 2017 _ Awas 6 Kebiasaan Buruk Ini dianggap normal

Awas, 6 Kebiasaan Buruk Ini Dianggap Normal dalam Suatu Hubungan

Suatu kebiasaan bisa bermakna relatif. Maksudnya, di mata seseorang dinilai buruk, namun di mata yang lain sebaliknya. Terkadang, seseorang melakukan suatu kebiasaan yang secara tidak sadar bisa berdampak buruk dalam suatu hubungan.

Berikut adalah enam kebiasaan buruk yang dianggap normal dalam suatu hubungan:

 

MENYALAHKAN ORANG LAIN

Sub Article 2017 _ Saling menyalahkan

Jika dua insan dalam sebuah hubungan terus menerus menyalahkan pasangannya terkait kesalahan yang dilakukan pasangannya di masa lalu, maka ini sering disebut juga dengan istilah ‘papan skor hubungan’. Istilah ini merujuk pada papan skor dalam sebuah pertandingan olahraga, misalnya sepakbola. ‘Pertandingan’ ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Bila ini terus terjadi, suatu hubungan menjadi semakin buruk. Papan skor hubungan berkembang seiring waktu karena satu atau kedua orang dalam hubungan menggunakan kesalahan pasangannya untuk membenarkan dirinya. Solusinya adalah menyelesaikan masalah yang ada tanpa melibatkan masalah lain di masa lalu.

♥   ♥   ♥   ♥   ♥

 

BERSIKAP PASIF-AGRESIF

Sub Article 2017 _ Pasif-agresif

Sikap pasif-agresif adalah suatu sikap yang bukannya menyatakan langsung keinginan atau keberatannya, namun justru mencoba mengarahkan pasangan untuk menemukannya sendiri. Dengan kata lain, seseorang justru mencari-cari kesalahan kecil untuk dijadikan alasan marah pada pasangannya. Kondisi ini menunjukkan seseorang tidak nyaman untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengan pasangannya. Bagaimana mengatasinya? Ya, tak lain dan tak bukan ialah menyatakan perasaan secara terbuka.

♥   ♥   ♥   ♥   ♥

 

TERSANDERA

Sub Article 2017 _ Tersandera

Tersandera di sini maksudnya adalah menjadikan hubungan sebagai sandera. Ketika seseorang ingin menyampaikan kritik atau keberatan pada pasangannya, ia mengungkapkannya dengan menjadikan seluruh komitmen hubungan sebagai ‘sanderanya’. Contoh sederhananya, alih-alih mengatakan bahwa pasangannya belakangan kurang perhatian dan ingin mendapat perhatian lebih, ia justru mengatakan bahwa tidak bisa melanjutkan hubungan dengan pasangan yang kurang perhatian. Hal itu berbahaya karena merupakan ancaman atau pemerasan emosional. Setiap ‘kerikil kecil’ berpotensi menjadi sebuah krisis yang besar. Di sini, kemampuan untuk mengomunikasikan ketidaksukaan tanpa mempertanyakan komitmen hubungan secara keseluruhan dapat mempertahankan hubungan tersebut dalam jangka waktu yang lama.

♥   ♥   ♥   ♥   ♥

 

MELUAPKAN EMOSI KE PASANGAN

Sub Article 2017 _ Emosi

Suatu hari, misalnya, Anda mengalami hari yang buruk. Sayangnya, di hari itu pula pasangan Anda tidak menyadarinya. Ia malah sibuk mengurusi hal lain. Padahal, Anda ingin berbaring bersamanya untuk menceritakan hari buruk Anda. Bukan tak mungkin, kondisi ini bisa membuat Anda meluapkan emosi ke pasangan Anda karena merasa ia sangat tidak sensitif dan cuek. Ini adalah contoh klasik bagaimana seseorang tidak bisa mengendalikan emosinya. Solusi untuk kondisi ini adalah jangan bermain ‘tebak aku’. Bertanggung jawablah atas emosi Anda sendiri dan berharaplah hal yang sama dari pasangan Anda.

♥   ♥   ♥   ♥   ♥

 

CEMBURU SEBAGAI TANDA CINTA

Sub Article 2017 _ Cemburu

Cemburu–dalam batas tertentu–memang bisa menyehatkan. Namun, bila ini dibiarkan berlarut, bisa jadi muncul rasa kepo. Anda bisa saja, misalnya, memeriksa handphone pasangan untuk mencari tahu dengan siapa ia tadi berbicara sangat lama. Kondisi ini justru menunjukkan adanya rasa tidak percaya pada pasangan. Bila sudah tidak ada rasa percaya, bagaimana suatu hubungan bisa bertahan lama? Jadi, percayalah pada pasangan Anda seutuhnya. Memang sulit, tapi begitulah hubungan yang sehat.

♥   ♥   ♥   ♥   ♥

 

MEMBELIKAN SESUATU SEBAGAI SOLUSI MASALAH

Sub Article 2017 _ Membelikan sesuatu sebagai solusi

Salah satu cara instan yang sering dilakukan seseorang terhadap pasangannya adalah membelikan sesuatu sebagai solusi masalah yang dihadapi bersama. Bila hal ini dilakukan berulang kali, maka akan menjadi kebiasaan untuk meredam konflik sesaat. Bukan tak mungkin, konflik tersebut akan muncul kembali dalam skala yang lebih besar. Sama seperti kebiasaan tidak sehat lainnya, solusi untuk hal ini adalah komunikasi secara terbuka. Jangan pernah takut dengan perdebatan jika memang harus dilakukan untuk menyelesaikan konflik.

♥   ♥   ♥   ♥   ♥

Posted : 17 September 2017

 

 


INSTAGRAM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *