
Terlambat Menikah, Harus Khawatirkah?
“Kapan nikah?” Hmm, pertanyaan yang bisa menjadi mengesalkan bila ditujukan kepada seseorang yang masih jomblo, meskipun sudah ‘berumur’. Tidak jarang pula predikat ‘terlambat menikah’ disematkan kepada seseorang yang masih melajang. Bila ini terjadi pada Anda, perlukah merasa khawatir?
Pada dasarnya, tak ada istilah ‘terlambat menikah’. Lagi-lagi, menikah adalah soal kesiapan diri. Kesiapan bagi masing-masing orang tentunya berbeda dan tak akan pernah bisa disamakan. Kebahagiaan masih bisa Anda dapatkan, sekalipun status masih sendiri.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Seorang konselor dari Love and Relationship Coach bernama Lex dePraxis mengatakan, “Emang bener sih, saya setuju. Karena kalau udah salah pilih, sudah terlanjur married itu biayanya besar banget untuk memperbaiki kesalahan itu sendiri. Jadi, jauh lebih baik dianggap tidak laku daripada kita memilih pasangan yang ujung-ujungnya nyakitin diri,” ujarnya mengenai pernyataan lebih baik single daripada ‘salah’ memilih jodoh.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Menurut Coach Lex, sapaan hangatnya, pria dan wanita yang menunda pernikahan bukan berarti mereka berhenti atau membatasi pergaulan mereka. “Tapi, begitu masuk ke usia 30 tahun harus punya defined standard yang tidak bergeser, tidak berganti-ganti. Jadi ketika lagi punya pilihan, cari mana yang ‘klik’,” tambahnya.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Coach Lex menyarankan, untuk para pria dan wanita yang belum menikah tak perlu berkecil hati. Menurutnya, sesungguhnya memperjuangkan pilihan yang tepat akan membawa kebahagiaan di masa depan.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Menunda pernikahan memang memiliki risiko tinggi terutama pada wanita yang harus memikirkan kesehatan rahim mereka untuk mengandung janin yang sehat. Tapi, hanya itu saja yang menjadi pertimbangan terlalu naif dan bagi sebagian orang berarti egois.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Pernikahan bukanlah perlombaan. Pernikahan juga bukan sesuatu yang harus dikejar-kejar sehingga terkesan dipaksakan. Pernikahan tentu membutuhkan persiapan dari berbagai aspek. Persiapan itu mencakup aspek fisik, mental, finansial dan sebagainya.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Keputusan untuk menikah, contohnya, juga patut untuk mempertimbangkan keberadaan orang-orang di sekitar Anda, meskipun tidak dominan. Restu dari orangtua adalah salah satunya. Memilih untuk tidak menikah terlebih dulu dengan alasan ingin menunaikan kewajiban membahagiakan orangtua atau sebelum mendapat restunya merupakan hal yang layak untuk Anda lakukan. Sebuah alasan sederhana, namun begitu sulit hingga harus mengorbankan banyak hal.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Menikah itu hal yang mudah. Tapi kehidupan setelah menikah tentu hal yang baiknya dimatangkan. Anda tentu berniat akan tinggal bersama seseorang yang sama sampai akhir hayat, bukan? Maka, Anda harus menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Jadi, lebih baik sedikit menunda, asalkan Anda tak lagi memiliki keraguan.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Cara mengasuh anak juga, contoh lainnya, harus dipikirkan. Anak-anak yang diasuh oleh pasangan muda umumnya berkembang sesuai dengan yang diajarkan orang tuanya. Maka, peralihan peran dari pasangan suami-istri menjadi ayah dan ibu juga tak mudah dilakukan.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Menikah adalah murni soal kesiapan hati. Jangan buru-buru menikah karena umur. Kunci dalam sebuah pernikahan tak hanya niat, namun juga dengan siapa kamu kemudian berani mengambil keputusan besar tersebut.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Posted : 2 November 2017