10 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membuat Rencana Pernikahan
Menikah dengan orang yang kita cintai adalah impian bagi kebanyakan orang. Namun, sebelum memasuki jenjang pernikahan, ada baiknya Anda merenungkan setidaknya 10 hal untuk dipertimbangkan. Setelah melalui perenungan mendalam, diharapkan Anda siap berencana untuk menikah suatu hari kelak.
HATI & LOGIKA HARUS SEJALAN
sebelum memutuskan untuk menikah, yakinkan diri terlebih dahulu. Pikirkan dengan baik, apakah calon pasangan Anda memang merupakan orang yang baik dan tepat? Jangan sampai mengorbankan diri hidup bersama dengan orang yang sebenarnya tidak terlalu Anda cintai atau belum “sreg” hanya demi memenuhi keinginan pihak lain atau karena kondisi tertentu.
TIDAK SEMAU GUE
Menikah itu berarti kamu harus siap melepas berbagai “privilege”. Anda, misalnya, tidak bisa lagi kapan saja keluar dan bersenang-senang dengan teman-teman, bebas beraktivitas dan lain sebagainya. Semua yang harus Anda pikirkan adalah demi kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan diri sendiri. Tapi, meski tidak bisa lagi semau gue, bukan berarti kebebasan Anda tercerabut 100%. Jangan pula bersikap terlalu membatasi gerak calon pasangan Anda. Asal tidak berlebihan, tidak masalah kok memilih waktu untuk diri sendiri.
URUSAN FINANSIAL
Kondisi ekonomi yang belum stabil bisa jadi pemicu pertengkaran dalam pernikahan. Apalagi pada saat sudah menikah, ada banyak pengeluaran baru yang harus ditanggung bersama, seperti tagihan listrik, cicilan rumah, dan kendaraan. Maka dari itulah, sebelum memutuskan menikah pastikan dulu kondisi keuangan bersama agar dapat memenuhi beban tersebut.
CERDAS MENGELOLA EMOSI
Beberapa pasangan yang sebenarnya belum siap menikah, pasti tidak mendapatkan kebahagiaan. Mereka akhirnya mengalami stres berkepanjangan. Ketika menikah, hal kecil bisa menjadi masalah jika kamu tidak pintar mengelola emosi. Tidak mau kan kehidupan pernikahan hanya diisi oleh pertengkaran saja? Untuk itulah, perhatikan bagaimana pasangan mengelola konflik. Jika Anda dan si dia tidak bisa saling memahami, ada baiknya Anda memikirkan ulang rencana pernikahan.
FOKUSLAH KEPADA PERNIKAHAN, BUKAN KEPADA ACARA PERNIKAHANNYA
Pernikahan akan Anda lalui sebisa mungkin seumur hidup. Sedangkan acara pernikahan bersifat sementara dan hanya sekali saja. Fokuslah kepada apa yang akan Anda jalani untuk jangka waktu panjang, bukan kepada apa yang akan Anda jalani sesaat saja. Jika Anda memang punya kemampuan untuk melengkapi pernikahan dengan acara megah dan mewah, silakan saja. Namun, acara tersebut hanyalah faktor pelengkap saja.
SIAP DENGAN SEGALA ATRIBUT RUMAH TANGGA
Begitu Anda menikah, maka segala atribut rumah tangga akan langsung menempel. Atribut menikah, seperti menafkahi keluarga, membesarkan anak, memiliki mertua, merupakan beberapa contohnya. Jadi, persiapkan diri Anda dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi dan menjalani hal itu semua dengan penuh rasa tanggung jawab.
MAMPU BERTANGGUNG JAWAB
Jika Anda memang sudah siap untuk menikah, Anda harus memiliki tanggung jawab penuh pada rumah tangga yang akan dijalaninya kelak. Kemandirian merupakan salah satu modal bentuk tanggung jawab. Tidak bergantung lagi kepada orang tua dan mampu membina kemandirian. Itulah yang diharapkan. Selain itu, Anda juga harus memahami betul tugas dan peran Anda dalam sebuah rumah tangga.
MENERIMA KELEBIHAN & KEKURANGAN
Tujuan dari pernikahan adalah menyempurnakan dua insan yang tidak sempurna menjadi makin mendekati sempurna. Saling menerima dan melengkapi banyak kekurangan dan kelebihan di antara pasangan adalah hal yang sangat penting untuk dicamkan. Tak ada yang sempurna, maka dari itu, Anda harus mampu mengolah segala kekurangan dan kelebihan sebagai satu kekuatan untuk terus bertahan dalam rumah tangga.
HUBUNGAN INTIM BUKAN HAL UTAMA
Berhubungan intim menjadi halal ketika menikah. Namun, pemuasan hasrat seksual sebaiknya tidak dijadikan alasan utama untuk menikah. Pernikahan membutuhkan komitmen yang lebih besar daripada sekadar berhubungan intim.
VISI PERNIKAHAN
Apa rencana Anda dan pasangan setelah pernikahan? Apakah langsung memiliki anak atau menunda bebereapa saat? Lalu, kira-kira apa tujuan yang ingin dicapai dalam waktu 5 tahun setelah pernikahan? Bisa membeli rumah atau memiliki usaha sendiri? Semua ini termasuk dalam visi pernikahan. Apakah ada tujuan-tujuan lain yang perlu dibicarakan secara terbuka? Dengan adanya visi, maka keluarga akan berada dalam trek untuk mencapai visi tersebut.
Posted : 30 December 2015